Sunday, March 22, 2009

PELAYAN ORANG YANG SAKIT

Sepanjang perjalanan pulang dari Rumah Sakit tempat saya bekerja, saya berpikir dan merenungkan, apakah sama pekerjaan saya sebagai perawat dan pekerjaan orang-orang lain yang menghadapi mesin?

Saya berpikir betapa beratnya beban pekerjaan perawat di rumah sakit. Hari ini bangsal saya punya pasien 27 orang, sementara perawat yang bekerja dinas malam biasa selalu 4 orang.

Lalu pekerjaan perawat itu apa saja sehingga saya katakan beban perawat demikian berat??
Perawat setiap kali dinas selalu berhubungan dengan mahluk hidup, yang namanya perawat adalah pelayan buat orang sakit, meski banyak yang menyangkal. Apa? Perawat adalah pelayan orang sakit??

Di sini argumennya...
Mau tidak mau, perawat bertugas dan bekerja dengan, untuk, kepada, orang sakit. Lalu apa kalau bukan pelayan orang sakit?

Kalau pasien minta air, dikala tidak ada orang bersama si sakit, siapa yang bakal kasih air pada orang sakit?? Terkadang mintanya dengan tidak sopan.

Di kala pasien berak, minta dibersihkan. Di kala tak ada orang lain bersaman pasien, siapa yang bakal membersihkan beraknya pasien kalau bukan perawat???

Di kala pasien, bedsheetnya kotor baik karena berak, maupun kencing, siapa yang bakal bersihkan kalau bukan perawat. Jika tidak dilakukan, pasien/keluarganya marah-marah, kenapa tidak dibersihkan segera? Apakah ini tidak namanya perawat adalah pelayan bagi orang sakit dan keluarganya?

Kalau pelayan kamar / room servis hotel akan ganti sprei sehari sekali, perawat sebagai pelayan orang sakit ini bisa ganti sprei / bedsheet orang sakit ini dua kali atau 3 kali sehari jika bedsheetnya kotor. Bisanya pelayan kamar hotel dapat tips, tetapi perawat tidak mendapat tips, melainkan sekali-kali kalau ada pasien yang baik hati dan tahu bagaimana beratnya tugas perawat, terkadang malam hari atau tengah malam ganti sprei. Malah ini bisa jadi lebih dari sekedar pelayan, bahkan lebih rendah dari sekedar pelayan room service.

Sering kali pasien atau keluarga pasien enggan untuk memberi tips sekedar sebagai rasa terima kasih atas jerih payah perawat dalam usaha merawat pasien sebaik-baiknya.

Saya teringat dengan artikelnya Pak Nurmartono yang terbit kemarin di INNA-K WEBSITE tentang ekonomi keperawatan, bahwa sudah sepatutnya dan sewajarnya di perjuangkan UU Keperawatan tentang hak-hak dan kesejahteraan perawat. Melihat kesejahteraan dan hak-hak insan keperawatan sering diabaikan. Disini, di Negara Kuwait pun yang negara kaya minyak tidak sepenuhnya memperhatikan kesejahteraan perawat, bahkan sering di sepelekan.
Misalnya adalah yang paling menonjol adalah uang ganti untuk perawat yang tinggal di luar hostel, disebutnya oleh Ministry of Health Kuwait, bahwa perawat yang tinggal di luar hostel, atau menyewa rumah karena mempunyai keluarga dan tinggal diluar hostel bersama suami/istri dan keluaraga adalah pemberitahuan ke bagian Housing kalau tinggal diluar / tidak lagi tinggal di hostel dan bagi istri dikatakan ijin tinggal di luar hostel bersama suami / keluarga.
Sementara di Arab Saudi bagi yang tinggal di luar ada penggantian. Artinya bahwa di Arab Saudi lebih baik. Sementara bagi para dokter mereka berikan uang untuk cari rumah tinggal.
Seperti kita ketahui bersama bahwa biaya untuk tinggal di luar hostel di Kuwait sangat tinggi.

Dan juga pemikiran akan hak-hak perawat dari tindakan-tindakan perawat yang selama ini biasanya di sepelekan baik pasien maupun keluarga karena sudah menjadi keumuman bahwa tindakan-tindakan keperawatan adalah gratis / harga rendah / harga rendah. Adalah suatu tantangan bagi manajemen ekonomi keperawatan untuk dipelajari oleh insan-insan keperawatan yang mulia dan dimulyakan minimal oleh profesi keperawatan sendiri. Oleh karena itu, saya menganjurkan supaya insan-insan keperawatan juga perlu ditekankan untuk mempelajari manajemen ekonomi keperawatan, supaya kesejahteraan perawat dapat selalu ditingkatkan.

Seperti kita ketahui bahwa jika seseorang lebih baik dalam hal ekonomi, manusia jarang melirik untuk mendalami profesi keperawatan, jika melihat lemahnya profesi keperawatan dalam memperjuangkan kesejahteraan para perawat. Bisa dilihat bahwa setiap profesi apapun dalam merawat pasien selalu membutuhkan hadirnya seorang perawat, seperti nya perawat adalah SUPERMAN yang tidak perlu diperhatikan kesejahteraannya tapi selalu dibutuhkan.
Jika perawat benar dalam melaksanakan tindakan keperawatan maupun order dokter, atau profesi kesehatan lain dikatakan MEMANG SEHARUSNYA PERAWAT TAHU, tapi ketika ada suatu kesalahan, PERAWATLAH YANG SELALU JADI KAMBING HITAM BERTUMPUKNYA KELUHAN-KELUHAN DARI PROFESI KESEHATAN LAIN.

Apakah bisa jadi benar suatu ungkapan PERAWAT JARANG SEKALI MENGELUARKAN KELUHAN karena PERAWAT TIDAK TAHU BAGAIMANA MENGAJUKAN KELUHAN/COMPLAINT ataukah karena perawat terlalu sibuk dengan pekerjan yang bertumpuk dengan seabrek pekerjaan sehingga jarang mengajukan Complaint, ataukah memang perawat selalu tahu bagaimana memanage suuatu hal atau permasalahan.

perawat biasanya berlatar belakang ekonomi sosial yang menengah ke bawah, sering kali bisa menahan keluhan/tidak suka mengeluh, apakah karena perawat adalah manusia SUPER yang selalu bisa memperbaiki keadaan, selalu bisa melakukan sendiri suatu pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh profesi kesehatan lain.

Contoh kasus adalah menulis LAB REQUEST. Pekerjaan siapa?? pekerjaan dokter.. lalu kenapa perawat selalu yang harus melengkapi form lab request?? Jika ada lab request, perawat tidak tahu kepada siapa perawat akan komplaint?? Tapi jika dikirim lab dan lab request tidak komplit, lalu dikembalikan requestnya kepada perawat lagi. Pekerjaan perawat lagi.

bersambung...