Sunday, March 22, 2009

PELAYAN ORANG YANG SAKIT

Sepanjang perjalanan pulang dari Rumah Sakit tempat saya bekerja, saya berpikir dan merenungkan, apakah sama pekerjaan saya sebagai perawat dan pekerjaan orang-orang lain yang menghadapi mesin?

Saya berpikir betapa beratnya beban pekerjaan perawat di rumah sakit. Hari ini bangsal saya punya pasien 27 orang, sementara perawat yang bekerja dinas malam biasa selalu 4 orang.

Lalu pekerjaan perawat itu apa saja sehingga saya katakan beban perawat demikian berat??
Perawat setiap kali dinas selalu berhubungan dengan mahluk hidup, yang namanya perawat adalah pelayan buat orang sakit, meski banyak yang menyangkal. Apa? Perawat adalah pelayan orang sakit??

Di sini argumennya...
Mau tidak mau, perawat bertugas dan bekerja dengan, untuk, kepada, orang sakit. Lalu apa kalau bukan pelayan orang sakit?

Kalau pasien minta air, dikala tidak ada orang bersama si sakit, siapa yang bakal kasih air pada orang sakit?? Terkadang mintanya dengan tidak sopan.

Di kala pasien berak, minta dibersihkan. Di kala tak ada orang lain bersaman pasien, siapa yang bakal membersihkan beraknya pasien kalau bukan perawat???

Di kala pasien, bedsheetnya kotor baik karena berak, maupun kencing, siapa yang bakal bersihkan kalau bukan perawat. Jika tidak dilakukan, pasien/keluarganya marah-marah, kenapa tidak dibersihkan segera? Apakah ini tidak namanya perawat adalah pelayan bagi orang sakit dan keluarganya?

Kalau pelayan kamar / room servis hotel akan ganti sprei sehari sekali, perawat sebagai pelayan orang sakit ini bisa ganti sprei / bedsheet orang sakit ini dua kali atau 3 kali sehari jika bedsheetnya kotor. Bisanya pelayan kamar hotel dapat tips, tetapi perawat tidak mendapat tips, melainkan sekali-kali kalau ada pasien yang baik hati dan tahu bagaimana beratnya tugas perawat, terkadang malam hari atau tengah malam ganti sprei. Malah ini bisa jadi lebih dari sekedar pelayan, bahkan lebih rendah dari sekedar pelayan room service.

Sering kali pasien atau keluarga pasien enggan untuk memberi tips sekedar sebagai rasa terima kasih atas jerih payah perawat dalam usaha merawat pasien sebaik-baiknya.

Saya teringat dengan artikelnya Pak Nurmartono yang terbit kemarin di INNA-K WEBSITE tentang ekonomi keperawatan, bahwa sudah sepatutnya dan sewajarnya di perjuangkan UU Keperawatan tentang hak-hak dan kesejahteraan perawat. Melihat kesejahteraan dan hak-hak insan keperawatan sering diabaikan. Disini, di Negara Kuwait pun yang negara kaya minyak tidak sepenuhnya memperhatikan kesejahteraan perawat, bahkan sering di sepelekan.
Misalnya adalah yang paling menonjol adalah uang ganti untuk perawat yang tinggal di luar hostel, disebutnya oleh Ministry of Health Kuwait, bahwa perawat yang tinggal di luar hostel, atau menyewa rumah karena mempunyai keluarga dan tinggal diluar hostel bersama suami/istri dan keluaraga adalah pemberitahuan ke bagian Housing kalau tinggal diluar / tidak lagi tinggal di hostel dan bagi istri dikatakan ijin tinggal di luar hostel bersama suami / keluarga.
Sementara di Arab Saudi bagi yang tinggal di luar ada penggantian. Artinya bahwa di Arab Saudi lebih baik. Sementara bagi para dokter mereka berikan uang untuk cari rumah tinggal.
Seperti kita ketahui bersama bahwa biaya untuk tinggal di luar hostel di Kuwait sangat tinggi.

Dan juga pemikiran akan hak-hak perawat dari tindakan-tindakan perawat yang selama ini biasanya di sepelekan baik pasien maupun keluarga karena sudah menjadi keumuman bahwa tindakan-tindakan keperawatan adalah gratis / harga rendah / harga rendah. Adalah suatu tantangan bagi manajemen ekonomi keperawatan untuk dipelajari oleh insan-insan keperawatan yang mulia dan dimulyakan minimal oleh profesi keperawatan sendiri. Oleh karena itu, saya menganjurkan supaya insan-insan keperawatan juga perlu ditekankan untuk mempelajari manajemen ekonomi keperawatan, supaya kesejahteraan perawat dapat selalu ditingkatkan.

Seperti kita ketahui bahwa jika seseorang lebih baik dalam hal ekonomi, manusia jarang melirik untuk mendalami profesi keperawatan, jika melihat lemahnya profesi keperawatan dalam memperjuangkan kesejahteraan para perawat. Bisa dilihat bahwa setiap profesi apapun dalam merawat pasien selalu membutuhkan hadirnya seorang perawat, seperti nya perawat adalah SUPERMAN yang tidak perlu diperhatikan kesejahteraannya tapi selalu dibutuhkan.
Jika perawat benar dalam melaksanakan tindakan keperawatan maupun order dokter, atau profesi kesehatan lain dikatakan MEMANG SEHARUSNYA PERAWAT TAHU, tapi ketika ada suatu kesalahan, PERAWATLAH YANG SELALU JADI KAMBING HITAM BERTUMPUKNYA KELUHAN-KELUHAN DARI PROFESI KESEHATAN LAIN.

Apakah bisa jadi benar suatu ungkapan PERAWAT JARANG SEKALI MENGELUARKAN KELUHAN karena PERAWAT TIDAK TAHU BAGAIMANA MENGAJUKAN KELUHAN/COMPLAINT ataukah karena perawat terlalu sibuk dengan pekerjan yang bertumpuk dengan seabrek pekerjaan sehingga jarang mengajukan Complaint, ataukah memang perawat selalu tahu bagaimana memanage suuatu hal atau permasalahan.

perawat biasanya berlatar belakang ekonomi sosial yang menengah ke bawah, sering kali bisa menahan keluhan/tidak suka mengeluh, apakah karena perawat adalah manusia SUPER yang selalu bisa memperbaiki keadaan, selalu bisa melakukan sendiri suatu pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh profesi kesehatan lain.

Contoh kasus adalah menulis LAB REQUEST. Pekerjaan siapa?? pekerjaan dokter.. lalu kenapa perawat selalu yang harus melengkapi form lab request?? Jika ada lab request, perawat tidak tahu kepada siapa perawat akan komplaint?? Tapi jika dikirim lab dan lab request tidak komplit, lalu dikembalikan requestnya kepada perawat lagi. Pekerjaan perawat lagi.

bersambung...

Monday, January 5, 2009

Animation Nasogastric tube insertion by NurseReview.org

TINDAKAN PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE ( NGT )



TINDAKAN PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE ( NGT )

TUGAS KELOMPOK VII

1. ANANG RACHYUDI NPM. 220111080040
2. SUDIRYO NPM. 220111080041


UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
PROGRAM KELAS KHUSUS KUWAIT
2008

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Landasan teori 4
B. Pengkajian 8
C. Perencanaan 10
D. Indikasi dan Kontra Indikasi 16

BAB III. PEMBAHASAN 18
Implementasi 18

BAB IV. KESIMPULAN 25

BAB V. DAFTAR PUSTAKA 26



TINDAKAN PEMASANGAN NASOGASTRIK TUBE ( NGT )
BAB I : PENDAHULUANA. Later belakang
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).

Untuk memenuhi kebutuhan pasien, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memasukan dan melakukan perawatan NGT adalah sangat dibutuhkan.

Bagi anak-anak,kebutuhan akan NGT disebabkan oleh beberapa kondisi seperti anomali anatomi jalan makanan; oesophagus atau alat eliminasi, kelemahan reflek menelan, distress pernafasan atau tidak sadarkan diri. Keselamatan adalah selalu menjadi perhatian,dimana kerjasama perawat pasien dan keluarga sangat dibutuhkan dan pada sebagian anak terkadang agak sedikit dipaksakan.

Sebagai perawat profesional,harus berhati-hati dalam melaksanakan tindakan serta memperhatikan keunikan variasi di dalam melaksanakan tindakan secara aman dan nyaman. (WALLEY & WONG, 2000).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).

Tindakan pemasangan Selang Nasogastrik
adalah proses medis yaitu memasukkan sebuah selang plastik ( selang nasogastrik, NG tube) melalui hidung, melewatu tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung.(http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation )

Nasogastrik:
Menunjuk kepada jalan dari hidung sampai ke lambung. Selang Nasogastrik adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung ( melewati nasopharynx dan esophagus ) menuju ke lambung. Singkatan untuk Nasogastrik adalah NG. Selangnya disebut selang Nasogastrik.

"Nasogastric"
terdiri dari dua kata, dari bahasa Latin dan dari bahasa Yunani, Naso adalah suatu kata yang berhubungan dengan hidung dan berasal dari Latin “nasus”untuk hidung atau moncong hidung. Gastik berasal dari bahasa Yunani “gaster” yang artinya the paunch ( perut gendut ) atau yang berhubungan dengan perut. Istilah “nasogastric” bukanlah istilah kuno melainkan sudah disebut pada tahun 1942.( http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=9348)

Definisi NGT :
Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-obatan secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari lambung dengan cara disedot.
(http://dying.about.com/od/glossary/g/NG_tube.htm )

Tujuan dan Manfaat Tindakan

Naso Gastric Tube digunakan untuk:
1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung(cairan,udara,darah,racun)
2. Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung
4. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia)

KOMPLIKASI YANG DISEBABKAN OLEH NGT

1. Komplikasi mekanis
- Sondenya tersumbat.
- Dislokasi dari sonde, misalnya karena ketidaksempurnaan melekatkatnya sonde dengan plester di sayap hidung.

2. Komplikasi pulmonal: misalnya aspirasi.
Dikarenakan pemberian NGT feeding yang terlalu cepat
3. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde
- Yang menyerupai jerat
- Yang menyerupai simpul
- Apabila sonde terus meluncur ke duodenum atau jejunum.
Hal ini dapat langsung menyebabkan diare.
4. Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi

B. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien yang akan dilakukan pemasangan NGT meliputi:

1. Biodata klien: Nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan,tingkat pendidikan, Diagnosa medis,Tanggal admission.
2. Riwayat kesehatan: Riwayat Masa lalu klien, Riwayat kesehatan keluarga dan Riwayat kesehatan klien saat ini.
3. Kondisi kesehatan saat ini
Pemeriksaan fisik:
*Kesadaran umum: Allert/letargic, (regular/irregular),Pulse rate,Blood pressure.
*Tanda-tanda Vital: Respiration(regular/irregular),Respiration rate,Pulse rate,Blood pressure.
*Head to too; Apakah terdapat trauma di bagian kepala; nasophageal trauma,skull fracture,maxilo fracture,cervical fracture,disphagia,atresia oesophagus,naso-oro-pharyngeal burn.apakah terdapat paresthesia, hemipharesis,Apakah terdapat alat bantu pernafasan;pemasangan mask oksigen,nasal canula,endotracheal tube,guedel/mayo,ventilator,distensi abnominal, muntah(cairan,darah;warna,konsistensi)

Data Penunjang:
• Oxygen saturation
• Chest X-Ray

NGT on Chest-X Ray dan Upper Abdominal X Ray
sesudah insertion untuk memastikan posisi NGT di lambung

• Laboratorium: sample darah lengkap,urine,stool

PENGKAJIAN SECARA UMUM

Pengkajian harus berfokus pada:
 Instruksi dokter tentang tipe slang dan penggunaan slang
 Ukuran slang yang digunakan sebelumnya, jika ada
 Riwayat masalah sinus atau nasal
 Distensi abdomen, nyeri atau mual


Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan pemasangan NGT adalah sebagai berikut :

 Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
 Gangguan Rasa Nyaman : mual muntah
 Kurang pengetahuan

C. PERENCANAAN SECARA UMUM
Perencanaan untuk pemasangan NGT sesuai dengan tujuan dan manfaat tindakan dan indikasi kontraindikasi

Perencanaan keperawatan untuk menghindari beberapa komplikasi

1. Komplikasi mekanis

a) Agar sonde tidak tersumbat
 perawat atau pasien harus teratur membersihkan sonde dengan menyemprotkan air atau teh sedikitnya tiap 24 jam
 bila aliran nutrisi enteral sementara terhenti, sonde harus dibersihkan setiap 30 menit dengan menyemprotkan air atau teh.

b) Agar sonde tidak mengalami dislokasi

 sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasa sakit
 posisi kepala pasien harus lebih tinggi dari alas tempat tidur (+ 30°)

2. Komplikasi pulmonal: aspirasi

a) Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi
b) Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna.

Untuk mengontrol letak sonde tepat di lambung, kita menggunakan stetoskop guna auskultasi lambung sambil menyemprot udara melalui sonde.

3. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde

a) sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap pasien) panjangnya sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai keujung distal sternum.
b) sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung
c) sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasasakit
d) perawat dan pasien harus setiap kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah masih tetap tidak berubah (tergeser).

4. Komplikasi yang disebabkan oleh yang zat nutrisi antara lain

4.1. Komplikasi yang terjadi di usus
a) Diare
b) Perut terasa penuh
c) Rasa mual, terutama pada masa permulaan pemberian nutrisi enteral

4.2. Komplikasi metabolik hiperglikemia

Perencanaan keperawatanya dari komplikasi yang terjadi di usus
Pemberian nutrisi enteral harus dilakukan secara bertahap.
 Tahap pembangunan; dengan mempergunakan mesin pompa
Hari 1 : kecepatan aliran 20 ml/jam = 480 ml/hari
Hari 2 : kecepatan aliran 40 ml/jam = 960 ml/hari
Hari 3 : kecepatan aliran 60 ml/jam = 1440 ml/hari
Hari 4 : kecepatan aliran 80 ml/jam = 1920 ml/hari
Hari 5 : kecepatan aliran 100 ml/jam = 2400 ml/hari = 2400 kcal/hari
Kekurangan kebutuhan cairan dalam tubuh pada hari pertama sampai dengan hari keempat harus ditambahkan dalam bentuk air, teh atau dengan sistem infus (parenteral).

Selanjutnya ada dua kemungkinan:
Kemungkinan I
Nutrisi enteral konsep 24 jam:
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 100 ml/jam = 2400
ml/hari = 2400 kcal/hari.

Kemungkinan II
Hari 6: kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari)
Hari 7: kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari)
Hari 8: kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari)
Hari 9: kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari)
Hari 10: kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari)

Nutrisi enteral konsep 12 jam
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 200 ml/jam = 2400ml/hari = 2400 kcal/hari

Maksud konsep 12 jam ini agar pasien hanya terikat oleh
pemberian nutrisi enteral selama 12 jam sehari. Misalnya,hanya antara jam 19 sampai jam 7 pagi sambil tidur.
Apabila timbul rasa mual atau diare, pada waktu tahap pembangunan dianjurkan supaya kecepatan aliran nutrisi enteral diturunkan 40 ml/jam.

Contoh :
26 Cermin Dunia Kedokteran No. 42, 1987
Pada kecepatan 100 ml/jam, pasien merasa mual dan mendapat diare.
Dianjurkan:
-- kecepatan diturunkan sampai 60 ml/jam
-- ditunggu 24 sampai 48 jam sehingga rasa mual dan diare hilang
-- setelah rasa mual dan diare hilang, kecepatan boleh dinaikkan lagi menjadi 80 ml/jam
-- tunggu lagi 48 jam
-- bila tak ada keluhan, kecepatan boleh dinaikkan lagi menjadi 120 ml/jam, dan seterusnya.
Tiap kali timbul rasa mual atau diare, kecepatan aliran nutrisi langsung dikurangi 40 ml/jam dan perlahan-lahan setelah rasa mual dan diare hilang, kecepatan dinaikkan lagi.

• perencanaan keperawatan dari komplikasi metabolik

- periksa kadar gula dalam darah selama nutrisi enteral
- bila terjadi hiperglikemia, terutama pada pasien-pasien yang menderita dibetes melitus, harus dilakukan terapi dengan insulin.


BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

A. Nutrisi enteral per sonde tak perlu dihentikan, bila
1. diare ringan
2. perut terasa penuh
3. pasien terus menerus harus bertahak
4. dislokasi sonde yang tidak terlalu berat

Dalam hal ini, pasien dan perawat dapat menanggulanginya dengan cara-cara sebagai berikut :
-- kecepatan nutrisi enteral harus diturunkan 40 ml/jam
-- apakah ada kemungkinan kontaminasi pada waktu mempersiapkan zat nutrisi?

Bila demikian, sistem saluran dan zat nutrisi harus diganti dengan yang baru dan bersih.
-- periksa letak sonde. Gunakan stetoskop untuk mengauskultasi lambung sambil menyemprot udara ke dalam sonde.

B. Nutrisi enteral harus dihentikan sementara sampai kesukaran-kesukaran ditanggulangi, bila:
1. muntah-muntah
2. pilek (rinitis) yang berat
3. kalau simtom-simtom dari A dalam waktu 48 jam tidak mereda
Selama penghentian ini, perawat atau pasien harus secara teratur membersihkan sonde dengan menyemprotkan air atau teh agar sonde tidak tersumbat.

C. Nutrisi enteral harus langsung dihentikan dan konsultasi ke
dokter, bila:
1. muntah-muntah yang berat
2. diare yang berat
3. diduga aspirasi

KONTROL RUTIN

1. Setiap 2 hari menimbang berat badan
-- ini merupakan kontrol rutin yang mudah dan efektif
-- bila berat badan tidak naik atau bahkan menurun menunjukkan sesuatu yang tidak sempurna
-- dalam hal ini harus konsultasi ke dokter.
2. Pasien atau perawat harus secara teratur membuat protokol
tentang frekuensi, jumlah dan konsistensi dari tinja.
3. Pasien atau perawat harus setiap kali mengontrol apakah letak tanda pada sonde masih berada di permukaan lubang hidung dan tidak tergeser. Sonde harus tetap melekat sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik, tanpa menimbulkan rasa sakit.
4. Mesin pompa dan sistem pipa plastik harus dikontrol baik- baik kebersihannya dan tidak boleh bocor

"CHECK LIST"
Harus konsultasi ke dokter, bila :
1. berat badan turun
2. pilek (rinitis) yang berat
3. diduga aspirasi
4. muntah-muntah yang berat

Apakah kedudukan sonde masih sempurna? Bila:
1. pasien terus menerus bertahak (refluks)
2. diare: ini akan terjadi bila sonde meluncur terus menuju abdomen atau jejunum.
Dalam hal ini sonde harus agak ditarik ke luar.
Apakah osmolaritas zat nutrisi sesuai dengan yang dianjurkan? Bila:
1. diare
2. perut terasa penuh.
Dalam hal ini harus diperiksa apakah zat nutrisi dipersiapkan sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik. Perhatikan perbandingan antara jumlah air terhadap jumlah bubuk zatnutrisi.
Apakah kecepatan aliran nutrisi enteral tidak terlalu cepat?
Apakah mesin pompa atau sistem pipa tidak sempurna?
Bila
1. diare
2. perut terasa penuh

D. Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan NGT
INDIKASI:

• Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan
• Keracunan makanan minuman
• Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT
• Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung

KONTRAINDIKASI:

Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang NGT,seperti:

• Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan melewati criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.
• Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga beresiko untuk esophageal penetration.
• Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT
• Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai kantong lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan
konstruksi bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian bagain usus kecil yang menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan untuk menyerap kalori dan nutrisi

BAB III. PEMBAHASAN


IMPLEMENTASI (PEMASANGAN) NGT
Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung.

Pelaksana harus seorang professional kesehatan yang berkompeten dalam prosedur dan praktek dalam pekerjaannya.
Pengetahuan dan ketrampilan dibutuhkan untuk melakukan procedure dengan aman adalah :
1) Anatomi dan fisiologi saluran gastro-intestinal bagian atas dan system pernafasan..
2) Kehati-hatian dalam procedure pemasangan dan kebijaksanaan penatalaksanaan NGT.
Pengetahuan mendalam pada pasien ( misalnya : perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat mambuat sulitnya pemasangan NGT tersebut

PERALATAN
- Slang nasogastrik (ukuran tergantung pada kebutuhan pasien)
- Pelumas/ jelly
- Spuit berujung kateter 60 ml
- Stetoskop
- lampu senter/ pen light
- klem
- Handuk kecil
- Tissue
- Spatel lidah
- Sarung tangan dispossible
- Plester
- Kidney tray
- Bak instrumen

UKURAN SELANG NASOGASTRIC

 Digunakan berbagai ukuran selang, and pemilihan ukuran yang sesuai tergantung pada tujua penggunaan dan perkiraan lama/ durasi penggunaan selang

 Selang berdiameter kecil ( 8 Fr sampai 12 Fr ), lunak, fleksible, sering digunakan untuk pasien yang membutuhkan enteral feeding untuk kurang dari 6 minggu


 NGT berdiameter besar, kurang flexible, lebih kaku, digunakan untuk pemberian obat, dekompresi/pengurangan tekanan udara di lambung, dan untuk feeding jangka pendek ( biasanya kurang dari 1 minggu ).

 Keuntungan NG tubes ukuran kecil dengan ukuran besar meliputi : kurang menimbulkan trauma pada mukosa nasal baik selama pemasangan maupun NG tube insitu, dan toleransi klien lebih

 Penggunaan NGT ukuran kecil sebagai tindakan propilaksis untuk pencegahan gastro-oesofageal reflux dan micro-aspiration isi lambung, ke dalam jalan napas bagian bawah meskipun masih kontroversial sebagaimana yang lain menunjukkan tak ada hubungan antara ukuran NGT dan komplikasi-komplikasi ini.

 Displacement dapat terjadi ukuran besar maupun kecil, namun ukuran kecil lebih mudah dislokasi, sering ke dalam jalan napas dan tanpa tanda-tanda dapat terlihat dari luar, dan mudah terjadi kemacetan dan melilit.
.
 Insertion of the NG tube adalah suatu procedure yang kompleks, and membutuhkan skill and keahlian sebaimana kesalahan-kesalahan penempatan dapat berakibat pada komplikasi-komplikasi .

 Selama awal pemasangan NGT, misplacement dapat meliputi respiratory tract , brain, oesophagus, peritoneum, stomach (duodenal tube) and intestine (gastric tube) .

 Upward displacement meningkatkan resiko pada pulmonary aspiration, sedangkan downward displacement meningkatkan resiko feeding intolerance jika formula atau obat-obatan diberikan melalui tubing itu.



HASIL YANG DIHARAPKAN
Klien tidak mempunyai keluhan mual atau muntah.
Klien berkurang rasa nyeri dari distensi abdomen
Distensi abdomen berkurang
Kebutuhan Nutrisi terpenuhi
Tidak terjadi aspirasi


LANGKAH PELAKSANAAN
 Cuci tangan dan atur peralatan
 Jika memungkinan, jelaskan prosedur kepada klien dan keluarga
 Identifikasi kebutuhan ukuran NGT klien
 Bantu klien untuk posisi semifowler
 Posisi klien yang diperlukan :
Posisi untuk memudahkan memasukan NGT adalah semi sitting position atau high-Fowler jika tidak ada kontra indikasi (misalnya pasien dengan patah tulang belakang).
 Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominant kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri).
 Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas.
 Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan klien.
 Gunakan sarung tangan
 Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil

 Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih

 Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut

 Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan

 Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien untuk bernafas dalam

 Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.

 Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang

 Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat digunakan untuk memfiksasi slang.

 Kurangi manipulasi atau merubah posisi klien sewaktu memasukan NGT, termasuk juga batuk atau tersedak karena bisa menyebabkan cervical injury karena manual stabilization of the head sangat diperlukan sewaktu melaksanakan prosedur.
 Stabilisasikan posisi kepala.



INITIAL CONFIRMATION OF POSITION

 Posisi tubing yang benar harus dipastikan sebelum penggunaan NGT untuk tujuan apapun. Biarkan guide wire di tempat sampai posisi Untuk meyakinkan tubing didalam lambung sebelum cairan diberikan
Cirgin-Elliott et al (1999)
 X-Ray confirmation , harus dilakukan pada semua klien, •

Peringatan : X Ray confirmation hanya valid pada waktu X_Ray dilakukan.
Semua NGT yang telah dimasukkan, harus mempunyai X-Ray Thorax dan upper abdomen untuk konfirmasi
X-Ray harus di review oleh seorang dokter dan konfirmasi tentang posisi di catat dalam catatan medis. Kemudianm introducer dapat di removed dan aspirate di test untuk di check pH-nya. Metheny N.A.& Titler M (2001)

Testing of aspirate
 Sebelum aspirating flush the tube dengan 20 ml udara untuk membebaskan selang NGT dari zat-zat lain (gunakan syringe > 30 ml).
 Aspirate 20 mls dari tubing ( gunakan large syringe > 30ml ) and test pH dengan indicator strips.
 pH 4 atau kurang mengindikasikan gastric placement dan confirms correct positioning.

BAB IV. EVALUASI
Setelah melakukan proses keperawatan baik dari hasil pengkajian, diagnosa, perencananaan, pemasangan NGT perlu dikaji hasil yang diharapkan sudah tercapai atau belum. Pengkajian yang terus – menerus terhaap kriteria hasil yang diharapkan sehingga tercapai tindakan keperawatan yang berkualitas.

1. Tidak terjadi komplikasi aspirasi, nasal irritation, sinusitis, epistaxis, rhinorrhea, skin erosion or esophagotracheal fistula sebagai dampak dari pemasangan NGT.
2. Tingkat pengetahuan pasien dan keluarga akan bertambah, bisa diajak berkerjasama dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara utuh baik pengkajian, menentukan masalah, perencanaan, pelaksanaan juga evaluasi.
3. Kebutuhan pasien terpenuhi secara adekuat baik berupa kebutuhan nutrisi maupun cairan

Referensi:
 ADA Pocket Guide to Enteral Nutrition. American Dietetic Association, 2006.
 http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation
 http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=9348
 http://dying.about.com/od/glossary/g/NG_tube.htm
 Canaby A, Evans L and Freeman ( 2002 ) Nursing care of patients with nasogastric feedingtube. British Journal of Nursing 11 (6 )
 http://www.southtees.nhs.uk/UseFiles/pages/2249.pdf
 Mallett, J & Dougherty, L (2000) Marsden Manual 5TH Ed Blackwell Science, United Kingdom
 McConnell E A (1997) Clinical Do’s and Don’ts: Inserting a Naso-gastric Tube Nursing Jan. 72
 NightingaleJ M D (2001) Insertion and Care of Enteral Feeding
Tubes. In Nightingale J M D (Ed) Intestinal Failure Greenwich Medical
Media, London
 Metheny N A et al (1998) Detection of improperly positioned feeding tubes,
Journal of Health Risk Management 18(3) p37-48
 Metheny, N A. & Titler, M. (2001) Assessing Placement of Feeding Tubes.
American Journal of Nursing 101(5)
 Payne-James, J (1995) Enteral Nutrition: Tubes and techniques of delivery.
In: Artificial Nutritional Support in Clinical Practice (Payne James, J
Grimble, G & Silk, D) p197 - 213. Edward Arnold. London
 Practical Aspects of Nutritional Supports: an Advanced Practice Guide. Saunders, 2004
 Source : http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/06/pemasangan-slang-nasogastrik-ngt.htm
 Walley and Wong (2000) Paediatric Variations of Nursing Interventions.
Clinical Manual of Nursing Procedures, Tube feeding in children ch 21.
P680-682

Monday, December 15, 2008

VOMITING

Physiology of Vomiting

At least after death you're not nauseous. (Woody Allen in Sleeper)

Vomiting is the forceful expulsion of contents of the stomach and often, the proximal small intestine. It is a manifestation of a large number of conditions, many of which are not primary disorders of the gastrointestinal tract.
Regardless of cause, vomiting can have serious consequences, including acid-base derangments, volume and electrolyte depletion, malnutrition and aspiration pneumonia.
The Act of Vomiting

Vomiting is usually experienced as the finale in a series of three events, which everyone reading this has experienced:

* Nausea is an unpleasant and difficult to describe psychic experience in humans and probably animals. Physiologically, nausea is typically associated with decreased gastric motility and increased tone in the small intestine. Additionally, there is often reverse peristalsis in the proximal small intestine.

* Retching ("dry heaves") refers to spasmodic respiratory movements conducted with a closed glottis. While this is occurring, the antrum of the stomach contracts and the fundus and cardia relax. Studies with cats have shown that during retching there is repeated herniation of the abdominal esophagus and cardia into the thoracic cavity due to the negative pressure engendered by inspiratory efforts with a closed glottis.

* Emesis or vomition is when gastric and often small intestinal contents are propelled up to and out of the mouth.
It results from a highly coordinated series of events that could be described as the following series of steps (don't practice these in public):

o A deep breath is taken, the glottis is closed and the larynx is raised to open the upper esophageal sphincter. Also, the soft palate is elevated to close off the posterior nares.
o The diaphragm is contracted sharply downward to create negative pressure in the thorax, which facilitates opening of the esophagus and distal esophageal sphincter.
o Simultaneously with downward movement of the diaphragm, the muscles of the abdominal walls are vigorously contracted, squeezing the stomach and thus elevating intragastric pressure. With the pylorus closed and the esophagus relatively open, the route of exit is clear.

The series of events described seems to be typical for humans and many animals, but is not inevitable. Vomition occasionally occurs abruptly and in the absense of premonitory signs - this situation is often referred to as projectile vomiting. A common cause of projectile vomiting is gastric outlet obstruction, often a result of the ingestion of foreign bodies.

An activity related to but clearly distinct from vomiting is regurgitation, which is the passive expulsion of ingested material out of the mouth - this often occurs even before the ingesta has reached the stomach and is usually a result of esophageal disease. Regurgitation also is a normal component of digestion in ruminants.

There is also considerable variability among species in the propensity for vomition. Rats reportedly do not vomit. Cattle and horses vomit rarely - this is usually an ominous sign and most frequently a result of acute gastric distension. Carnivores such as dogs and cats vomit frequently, often in response to such trivial stimuli as finding themselves on a clean carpet. Humans fall between these extremes, and interestingly, rare individuals have been identified that seem to be incapable of vomiting due to congenital abnormalities in the vomition centers of the brainstem.
Control of Vomition

The complex, almost sterotypical set of activities that culminate in vomiting suggest that control is central, which indeed has been shown to be true.
Within the brainstem are two anatomically and functionally distinct units that control vomiting:

Bilateral vomition centers in the reticular formation of the medulla integrate signals from a large number of outlying sources and their excitement is ultimately what triggers vomition.
Electric stimulation of these centers induces vomiting, while destruction of the vomition centers renders animals very resistant to emetic drugs. The vomition centers receive afferent signals from at least four major sources:

* The chemoreceptor trigger zone (see below)
* Visceral afferents from the gastrointestinal tract (vagus or sympathetic nerves) - these signals inform the brain of such conditions as gastrointestinal distention (a very potent stimulus for vomition) and mucosal irritation.
* Visceral afferents from outside the gastrointestinal tract - this includes signals from bile ducts, peritoneum, heart and a variety of other organs. These inputs to the vomition center help explain how, for example, a stone in the common bile duct can result in vomiting.
* Afferents from extramedullary centers in the brain - it is clear that certain psychic stimuli (odors, fear), vestibular disturbances (motion sickness) and cerebral trauma can result in vomition.

The chemoreceptor trigger zone is a bilateral set of centers in the brainstem lying under the floor of the fourth ventricle. Electrical stimulation of these centers does not induce vomiting, but application of emetic drugs does - if and only if the vomition centers are intact. The chemoreceptor trigger zones function as emetic chemoreceptors for the vomition centers - chemical abnormalities in the body (e.g. emetic drugs, uremia, hypoxia and diabetic ketoacidosis) are sensed by these centers, which then send excitatory signs to the vomition centers. Many of the antiemetic drugs act at the level of the chemoreceptor trigger zone.

To summarize, two basic sets of pathways - one neural and one humoral - lead to activation of centers in the brain that initiate and control vomition. Think of the vomition centers as commander in chief of vomition, who makes the ultimate decision. This decision is based on input from a battery of advisors, among whom the chemoreceptor trigger zone has considerable influence. This straighforward picture is almost certainly oversimplified and flawed in some details, but helps to explain much of the physiology and pharmacology of vomition.
Causes and Consequences of Vomiting

The myriad causes of vomiting are left as an exercise - come up with a list based on personal experience and your understanding of the control of vomition. An important point, however, is that many cases of vomiting are due to diseases outside of the gastrointestinal tract.

Simple vomiting rarely causes problems, but on occasion, can lead to such serious consequences as aspiration pneumonia. Additionally, severe or repetitive vomition results in disturbances in acid-base balance, dehydration and electrolyte depletion. In such cases, the goal is to rapidly establish a definitive diagnosis of the underlying disease so that specific therapy can be instituted. This is often not easy and in many cases, it is advantageous to administer antiemetic drugs in order to suppress vomition and reduce its sequelae.

DIZZINESS

Dizziness Overview

Dizziness is a common description for many different feelings. The feeling of dizziness may be very familiar to you, yet difficult to describe.

Vertigo is a medical term to describe the feeling of spinning, whirling, or motion either of yourself or your surroundings. This is the same feeling you might have after getting off a merry-go-round or spinning in place. Several diseases of the balance organs of the inner ear can cause vertigo, or it may be a symptom of a tumor or stroke.

* Dizziness may be just mildly annoying or caused by something possibly life threatening.

* When you might feel dizziness

o Fainting or near fainting such as "at the sight of blood" or with emotional upset

o Fainting or near fainting from standing up too quickly or standing still too long

o Weakness during a flu, cold, or other illness

o Seasickness or motion sickness

o Queasiness, nausea, or vomiting

o Confused thinking

o Fatigue, tiredness, or daytime sleepiness

o Clumsy hands or stumbling walking

CHEST PAINS AND HEART ATTACKS

Chest pain doesn't always signal a heart attack
Noncardiac causes can include a pulmonary embolism, acid reflux and pinched nerves

Monday, December 15, 2008
Staten Island Advance
STATEN ISLAND, N.Y.

-- During the last week, I had a number of patients with the same complaint --
they feared that they were having a heart attack
because of pain in the lower chest. Happily, none did!

But the fear remained, as they asked,

"How can you be sure?" and "What else could it be?"

Interestingly, these are not completely separate questions and our job today will be to answer them.

Chest pain, like fancy chocolates, comes in many sizes and shapes, and just about every cause of chest pain has its own size and shape.

Heart attack, to answer the most important question first,
causes a tightness or pressure, sometimes fancifully described as if an elephant were standing on the chest.
It begins softly and increases in intensity over several minutes until it is extremely severe.
It lasts at least 15 minutes, and often for hours, and can travel from the central chest up to the jaw and down the left arm, where it is perceived as heaviness.
It is often associated with nausea and vomiting and preceded by no other symptom except, perhaps, unusual tiredness or exhaustion at the end of the day.

This constellation of symptoms is so uniquely characteristic that, in experienced hands, the electrocardiogram is used only to confirm the diagnosis and the blood test (for specific enzymes liberated by the damaged heart muscle) to measure the extent of the heart attack.

So, if it isn't a heart attack, what else can cause chest pain?

The answer is that every organ and structure in the chest can cause pain but each one has its individual mark.

The outside lining of the lungs can become inflamed as a complication of pneumonia in the disorder called "pleurisy."
In this case, sharp, knifelike pain accompanies deep breathing or coughing and is relieved by holding the breath.
This is associated with a fever, shortness of breath and sputum production --
a picture very different from heart attack.

Similarly, the outside lining of the heart can become inflamed in the disorder called "pericarditis."
The same knifelike pains occur in the left chest, particularly when leaning forward, and are not relieved by holding the breath.
This condition is usually preceded by a sore throat and fever and there is no shortness of breath or cough.

Another condition in which the pain mimics heart attack is pulmonary embolism, where a blood clot formed elsewhere in the body travels to the lungs and blocks the blood flow through the lungs.
While the pain is similar, the circumstances provide a clue to the diagnosis. The patients are acutely and severely short of breath and almost always have a recognizable site for the initial formation of a clot. It could be in the calf of the leg, which is painful and swollen, or surgery to the hip or pelvic organs in the preceding week.
Measurement of the oxygen content of the blood confirms the diagnosis and a radioactive lung scan visualizes the site of a clot or clots in the lung arteries.

AORTIC DISSECTION

Another, less common cause of chest pain is dissection of the aorta, where the combination of high blood pressure and the cholesterol plaques in the main artery out of the heart allow blood to strip the inner layer of the artery wall from the outer layer.
This serious condition can interfere with the blood flow to the arms and the brain, and is characterized by the very sudden and immediate severity of the central chest pain.

Patients can remember the exact moment the pain began,
as distinct from all the other pains described above, which begin imperceptibly and increase in intensity over time.
In this instance, the patient may give a story like this,
"I was drying the dishes and was just reaching for the salad bowl when the pain HIT me." or
"The phone rang and I was just lifting the receiver when the pain HIT."

And so on! Some people who experience acid reflux also have chest pain,
which is relieved by antacids.

Fractured ribs cause a sharp pain on breathing, characterized by tenderness over the fracture site, and usually a history of injury to the chest.
In the same manner, arthritis of the spine and nerve compression from ruptured disks in the neck produce characteristic pain patterns with specific associated symptoms,
which provides a unique diagnostic picture.

So when the patient has chest discomfort that does not fit the pattern of a heart attack and when the patient is sufficiently observant and articulate,
a confident and encouraging alternative diagnosis can be proposed without delay or a million-dollar work up.
The story tells it all.

Dr. Dennis Bloomfield is a cardiologist affiliated with Richmond University Medical Center and is president of the Staten Island Heart Society. He is a monthly contributor, along with the Richmond County Medical Society, to this column.

Wednesday, December 3, 2008

Aman Ketika Bekerja

I. Kenapa manusia bekerja?
MOTTO :

“..dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmu-lah kesudahan (segala sesuatu), dan bahwasanya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan..” (Q.S An-Najm 53:39-44)


GRESIK'06

Dalam Fisika, KERJA (W)dirumuskan sebagai besarnya GAYA (F) yang dikenakan dalam suatu objek dikalikan dengan GERAK (S) objek tersebut pada arah gaya yang bekerja.

W= F x S

Apabila GAYA=0 dan atau GERAK=0, maka KERJA=0. Intinya: “TIDAK ADA KERJA TANPA HASIL YANG NYATA”.

Pada tingkat sosial, pekerjaan telah menjadi status yang amat penting.

Pengangguran dianggap sebagai penyakit masyarakat dan merupakan cela yang harus dikoreksi dalam suatu sistem ekonomi.

Pekerjaan bahkan telah menjadi identitas pribadi yang lebih penting daripada identitas psikis dan spiritual seseorang.


Hierarchy Of NeedsAbraham Maslow, dalam teori Hierarchy Of Needs (Piramida Kebutuhan)-nya, menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia memiliki 5 kebutuhan dasar dalam hidup meliputi:

  1. Kebutuhan Fisiologis.
  2. Kebutuhan Keamanan.
  3. Kebutuhan untuk Dicintai.
  4. Kebutuhan untuk Dihargai,dan
  5. Kebutuhan untuk Aktualisasi Diri.

Kebutuhan Fisiologis :Breathing, food, wate, sleep, homeostasis, excretion.

Safety : security of body, of employment, of resources, of morality, of the family, of health, of property.

Love and belonging : friendship, family, sexual intimacy.

Esteem : self-esteem, confidence, achievement, respect of others, respect by others.

Self Actualization : morality, creativity, spontanity, problem solving, lack of prejudice, accepting of facts.


Semua kebutuhan diatas juga merupakan motif manusia untuk bekerja.

—***—

II. Apa itu Etos Kerja?

Menurut kamus Websters (2003), Etos berarti guiding beliefs of a person, group or institution. Sedangkan menurut The New Oxford Dictionary (2005), the characteristic spirit of a culture, era, or community as manifested in its attitudes and aspirations.

Mengutip dari Jansen Sinamo dalam buku 8 ETOS KERJA PROFESIONAL (2005), etos kerja profesional adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral.

Kenapa harus memiliki etos kerja?

Pada dasarnya, manusia memiliki apa yang disebut gharizah (naluri) untuk mencapai suatu kenikmatan.

Tujuan bekerja sendiri pun dalam rangka mencapai kebutuhan akan kenikmatan sesuai piramida Maslow diatas.

Namun dalam rangka pencapaian tujuan tersebut terkadang manusia melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama, moral & hukum disaat bekerja, inilah cikal bakal hancurnya perekonomian Indonesia yang mencapai puncaknya saat krisis moneter 1998 lalu dengan trias Korupsi,Kolusi,& Nepotisme (KKN).

Fenomena ini telah dijelaskan oleh Sigmund Freud dalam teori Psikoanalisis-nya dengan trias Id,Ego,&SuperEgo.

Id merupakan insting primitif alamiah manusia yang bertujuan untuk mencapai suatu kebutuhan akan kenikmatan.

Ego merupakan bakat kognitif manusia untuk menyusun rencana dalam rangka mendapatkan Id.

Sedangkan SuperEgo sendiri merupakan fase terakhir manusia untuk mempertimbangkan rencana-rencana tadi dengan tinjauan-tinjauan agama,moral, dan hukum yang berlaku sebelum melakukan tindakan psikomotorik untuk memperoleh Id.

Apabila Ego dan SuperEgo ini tidak terbentuk, maka manusia yang seperti ini dapat menjadi penderita Antisocial Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Antisosial).

Lalu apa saja komponen-komponen Etos kerja itu? Ada delapan (8) komponen dalam etos kerja, komponen-komponen tersebut antara lain:

  1. KERJA ADALAH RAHMAT : “Aku Bekerja Tulus Penuh Syukur”.
  2. KERJA ADALAH AMANAH : “Aku Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab”.
  3. KERJA ADALAH PANGGILAN : “Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas”.
  4. KERJA ADALAH AKTUALISASI :”Aku Bekerja Keras Penuh Semangat”.
  5. KERJA ADALAH IBADAH : “Aku Bekerja Tulus Penuh Kecintaan”.
  6. KERJA ADALAH SENI : “Aku Bekerja Cerdas Penuh Kreativitas”.
  7. KERJA ADALAH KEHORMATAN : “Aku Bekerja Tekun Penuh Keunggulan”.
  8. KERJA ADALAH PELAYANAN:”Aku Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati”.

Diakhir Bab ini, sedikit ilustrasi dalam buku CULTURE MATTERS yang ditulis oleh Samuel Huntington (1997) tentang KOREA SELATAN & GHANA.

” Pada permulaan 1960-an data-data ekonomi Korea Selatan & Ghana nyaris sama, GNP kedua negara relatif tidak berbeda dan tingkat kesejahteraan rakyatnya juga hampir sama. Tetapi 30 tahun kemudian keadaan tersebut berubah drastis. Kondisi kedua negara berbeda bagai bumi dan langit. Korea Selatan berkembang menjadi raksasa industri, termasuk dalam 14 negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di duna, memiliki banyak perusahaan multinasional, eksportir otomotif, elektronik, dan produk-produk manufaktur lainnya, sedangkan Ghana tetap di tempat sebagai negara miskin.”

Satu-satunya alasan hal ini bisa terjadi adalah perbedaan budaya. Dengan kata lain ETOS, Etos yang tumbuh di Korea Selatan adalah KERJA KERAS, DISIPLIN, BERHEMAT, MENABUNG & MENGUTAMAKAN PENDIDIKAN.